Puisi favoritku dari seoarang Toto Sudarto Bachtiar.
Gadis Peminta-Minta
Setiap bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
tengadah padaku, pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
jiwa begitu murni
untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
bulan di atas itu, tak ada yang punya
dan kotaku, ah kotaku
hidupnya tak lagi punya tanda
Salut banget sama Bachtiar Toto Sudarto yang mampu memberi penilaian lain dari sisi yang berbeda kepada pengemis atau peminta-minta yang kebanyakan orang menganggap keberadaan mereka bagai kumpulan sampah di tengah kemegahan kota. pernyataan Bachtiar “hidupmu lebih tinggi dari menara katedral” seolah membuktikan keempatiannya yang begitu besar terhadap pengemis-pengemis yang tidak pernah merdeka di dalam kemerdekaan. bahwa mereka tidak menjadi rendah di mata Bachtiar Toto Sudarto, bahwa mereka punya martabat yang sama dengan penguasa-penguasa gemerlapan kehidupan.
aku berjalan telanjang kaki, menari-nari di atas matras duri
lalat-lalat bahkan harus berbagi makan denganku
tak ingin… tapi, aku belum mau mati!!!
sementara mentari terus menghantarku pada titah-titah tak terarah
kesana terhina, kesini tercaci
ke dunia apa maumu aku berlari?
salahkah aku hidup?
atau hidupkah yang harus aku salahkan??!!!
(Inilah sekelumit persembahan puisiku untukmu “gadis kecil berkaleng kecil”)
keren juga puisi buatan anda 😀